Aku
adalah manusia yang selalu tahu kemana aku harus melangkah, bagiku… hidup penuh
dengan pilihan, banyak jalan yang harus ku pilih dan ku tempuh… aku harus tahu
disaat aku harus belok kanan, belok kiri, atau berjalan lurus ke depan. Semua
pilihan yang dihadapkan padaku, aku yang menentukan. Dan disaat sebuah pilihan
yang aku tentukan berakhir pada sebuah kebuntuan… aku takkan pernah sesali
pilihan itu, yang harus aku lakukan adalah berhenti sejenak untuk berpikir lalu
kembali ke belakang… dan mencari jalan lain, karena hidup memang penuh dengan
pilihan. Jangan pernah berhenti dan menyerah pada sebuah kebuntuan… yang
terpenting bagiku sekarang adalah terus dan terus berjalan.
Jalan
dan kebuntuan layaknya prolog dan epilog dalam sebuah cerita, merekalah sang
pemeran prolog dan epilog, sebuah pemanis indahnya suatu cerita kehidupan. Disaat
kau terpuruk karena sebuah kebuntuan… itu terasa layaknya seperti bernaung
dalam gelap, buta tanpa cahaya. Mungkin kau akan kehilangan arah dan lupa akan
jatidirimu. Tapi, cobalah lihat sekelilingmu… justru disaat itulah cahaya
selemah apapun akan terlihat oleh matamu.
Tak
hanya karena sebuah kebuntuan kau terpuruk dalam hidup, adakalanya kau akan
terpuruk disaat kau masih berada dalam sebuah persimpangan. Keterpurukan adalah
sebuah luka yang hanya terasa selama yang kita inginkan dan menyayat sedalam
yang kita izinkan. Luka adalah seni dalam sebuah kehidupan. Dan… seni dalam
kehidupan adalah hidup bersama luka. Goresan-goresan indah dari sebuah luka
adalah seni bagi manusia yang tak kehilangan arah saat sebuah kebuntuan
menghadangnya. Tapi tidak untuk mereka yang kehilangan arah dan lupa akan
jatidirinya. Setiap manusia pasti pernah merasakan disaat dirinya berada dalam
sebuah persimpangan, kadang itu memang terasa memilukan… memang tidak mudah
berada dalam posisi manusia di persimpangan, janganlah menyerah pada sebuah
kebuntuan… teruslah dan terus berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar