Selasa, 02 Oktober 2012

Persimpangan Hidup

Aku adalah manusia yang selalu tahu kemana aku harus melangkah, bagiku… hidup penuh dengan pilihan, banyak jalan yang harus ku pilih dan ku tempuh… aku harus tahu disaat aku harus belok kanan, belok kiri, atau berjalan lurus ke depan. Semua pilihan yang dihadapkan padaku, aku yang menentukan. Dan disaat sebuah pilihan yang aku tentukan berakhir pada sebuah kebuntuan… aku takkan pernah sesali pilihan itu, yang harus aku lakukan adalah berhenti sejenak untuk berpikir lalu kembali ke belakang… dan mencari jalan lain, karena hidup memang penuh dengan pilihan. Jangan pernah berhenti dan menyerah pada sebuah kebuntuan… yang terpenting bagiku sekarang adalah terus dan terus berjalan.
Jalan dan kebuntuan layaknya prolog dan epilog dalam sebuah cerita, merekalah sang pemeran prolog dan epilog, sebuah pemanis indahnya suatu cerita kehidupan. Disaat kau terpuruk karena sebuah kebuntuan… itu terasa layaknya seperti bernaung dalam gelap, buta tanpa cahaya. Mungkin kau akan kehilangan arah dan lupa akan jatidirimu. Tapi, cobalah lihat sekelilingmu… justru disaat itulah cahaya selemah apapun akan terlihat oleh matamu.
Tak hanya karena sebuah kebuntuan kau terpuruk dalam hidup, adakalanya kau akan terpuruk disaat kau masih berada dalam sebuah persimpangan. Keterpurukan adalah sebuah luka yang hanya terasa selama yang kita inginkan dan menyayat sedalam yang kita izinkan. Luka adalah seni dalam sebuah kehidupan. Dan… seni dalam kehidupan adalah hidup bersama luka. Goresan-goresan indah dari sebuah luka adalah seni bagi manusia yang tak kehilangan arah saat sebuah kebuntuan menghadangnya. Tapi tidak untuk mereka yang kehilangan arah dan lupa akan jatidirinya. Setiap manusia pasti pernah merasakan disaat dirinya berada dalam sebuah persimpangan, kadang itu memang terasa memilukan… memang tidak mudah berada dalam posisi manusia di persimpangan, janganlah menyerah pada sebuah kebuntuan… teruslah dan terus berjalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar