Selasa, 25 Desember 2012

Surat dari Nathan untuk Milli (Film: Milli & Nathan)


"Hari ini pastilah hari yang bahagia buat kamu... Aku ikut bahagia.... karena dari tempatku berada, aku yakin aku bisa melihatmu.... Melihat engkau tersenyum walaupun aku tak bisa melihatmu lagi....

Maafkan aku karena aku meninggalkanmu Milli.... tapi sebenarnya aku tak pernah benar-benar melakukannya.... aku pergi bukan untuk meninggalkanmu, tapi justru menjadi abadi bersamamu.

Aku bukan penulis, aku hanya ingin mengutip salah satu dari tulisanmu di novel pertamamu, dimana sang tokoh selalu merasa melewati jalan asing, mencari entah apa.Berlari, entah untuk apa.

Ratusan persimpangan dilewati, lalu di abaikan hingga kerinduan menjelma menjadi bayangan sepanjang perjalanan. Akulah tokoh itu dan kerinduanku akan menjadi bayanganku. Kerinduan pada suatu hari milik kita pada satu persimpangan dimana kita pertama kali bertemu."

Senin, 24 Desember 2012

Kekuatan Sebuah Mimpi



Batal Suka ·  · Promosikan · 

Jumat, 14 Desember 2012

Hujan


Sepenggal kisah hari ini. kutipan dari bab 4 sebuah novel karya Firman Adiyatma yang terinspirasi kisah nyata.
Hujan kembali turun dengan derasnya setelah beberapa saat lalu sempat mereda, hilang seketika. Aku sangat suka nuansa alam yang terjadi saat ini. Hujan, bagiku ini bukan suatu fenomena alam yang biasa. Sedari dulu aku sangat menyukai hujan, karena hujan dapat menciptakan suasana yang tenang dan sejuk di hati. Mungkin beberapa orang beranggapan bahwa seseorang yang menyukai hujan memiliki garis hidup yang begitu senada dengan hujan. Ramai, tapi menimbulkan kesunyian yang dalam. Tapi tidak bagiku, hujan memang ramai, tapi tidak menimbulkan kesunyian. Yang timbul hanya suasana tenang dalam hati, yang tergambar dari setiap goresan halus tetes air hujan yang luruh dari langit.

Sabtu, 01 Desember 2012

Ketentuan Ciyeee


Kata Ciye standar:
Hukum Asmara I : "Kata Ciye standar terdiri atas huruf 'C' yang ditulis kapital, huruf lain ditulis dengan huruf kecil seperti satu buah huruf 'i', dua buah huruf 'y', dan tiga buah huruf 'e', yang dirangkai tanpa spasi. Contoh : Ciyyeee."
Hukum Asmara II : "Kata Ciyyeee yang diucapkan atau dituliskan untuk seseorang dengan maksud tanpa menyinggung perasaan orang yang bersangkutan, dan hanya untuk kepentingan hiburan semata."
Hukum Asmara III : "Kata Ciyyeee dapat diucapkan kepada siapapun, kapanpun, dan dimanapun, dengan memperhatikan etika dan sopan santun."

Rabu, 28 November 2012

Ciri Khas Seorang Penulis

emang pada pertama kali setiap penulis itu harus punya minimal satu karya sastra yang menurut dia bisa dijadikan referensi. tapi nanti setelah melangkah beberapa langkah, penulis harus punya ciri khasnya sendiri dalam karya sastranya. itulah yang nantinya akan menjadi daya tarik dan daya jual :) judulnya masih belum fix nih, kemungkinan nanti bisa diganti hehe

Senin, 26 November 2012

Birrul Waalidain (Berbakti kepada orang tua)




Sarana Mendapat Ridho Allah SWT.





Banyak sarana atau cara seorang hamba
mendapat keridhoan Allah SWT. Diantaranya adalah Birrul Waalidain. Banyak
hamba-hamba pilihan Allah Ta’ala yang memperoleh kebahagiaan dan kesenangan
karena kebaikannya terhadap kedua orang tua. Menjaga hak keduanya dan
memperhatikan apapun untuk menyenangkan keduanya. Taat pada perintah mereka,
selagi tidak bertentangan dengan agama atau syariat.

Satu contoh yang sangat jelas adalah
Uwais Al Qarani. Seorang Tabi’i. yang mulia lagi agung. Mencapai maqam yang
tinggi karena dia berbakti kepada ibunya yang sudah tua. Dan Rasulullah SAW
sendiri telah memproklamirkan kemuliaannya di hadapan para sahabat.

Uwais Al Qarani sebenarnya hidup satu
zaman dengan Rasulullah SAW, tetapi dia tinggal di Qaran, Yaman. Setiap kali
hendak berangkat ke Madinah untuk berjumpa Nabi SAW, ibunya melarang karena dia
akan kesepian dan sendiri tanpa Uwais di sampingnya. Akhirnya Uwais
mengurungkan niatnya. Begitulah berkali-kali dia tidak diizinkan meninggalkan
sang ibu. Sampai akhirnya Nabi Muhammad SAW meninggalkan umat. Diapun tidak
sempat bertemu dengan Rasulullah, maka dia bukan sahabat tapi seorang Tabi’i.


Dalam Al Quran al Karim Allah SWT berfirman (yang artinya):

“Dan sembahlah Allah dan jangan pula
kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan kepada kedua orang tua berbuatlah
baik”. (QS. An Nisaa’ 36)

Ayat diatas sudah jelas menunjukkan
betapa Allah Ta’ala mewajibkan kepada kita agar selalu menjaga hak-hak kedua
orang tua. Pada ayat ini Allah menggandeng antara perintah untuk beribadah
kepada Allah semata dengan perintah berbakti kepada orang tua. Tentu hal ini
adalah besar arti dan maksud yang terkandung didalamnya.

Berbakti kepada orang tua yang
dimaksud adalah mencakup banyak hal. Membantu keduanya dalam pekerjaannya,
membuat mereka selalu senang dan berseri dengan keberadaan kita, menjaga harga
diri mereka, menutupi aib keduanya dan mendoakan keduanya, ini semua adalah
termasuk kategori berbakti kepada orang tua (Birrul Waalidain).

Sebaliknya, Allah mengancam dan
memberikan peringatan keras dalam Al Quran maupun melalui lisan Rasulullah SAW
terhadap orang-orang yang durhaka pada keduanya dan menyedihkan (menyusahkan)
mereka.

Bukankah kita sering mendengar firman
Allah Ta’ala yang melarang kita mengatakan “Uff/ Ah” kepada orang tua. Lalu
bagaimana dengan menghardik atau memukul mereka yang akhir-akhir ini banyak
dilakukan oleh anak-anak yang tidak beradab dan tidak punya akhlak mulia.

Bukankah kita sadar dan ingat
bagaimana keduanya menjaga kita ketika kita masih kecil, mereka mengorbankan
harta, kekuatan dan diri mereka demi kita, bahkan ketika kita beranjak dewasa,
mereka pula yang sibuk untuk mendidik dan mengajarkan apa-apa yang bermanfaat
untuk kebahagiaan kita. Allah SWT menyifati kasih sayang seorang ibu yang tanpa
pamrih itu pada firman-Nya (yang artinya):

“Dan telah Kami wasiatkan kepada
manusia (agar dia berbakti) pada kedua orang tuanya, ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun,
bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah
kembalimu”. (QS. Luqman 14)

Lihatlah, bahwa ibu telah mengandung
anaknya dengan susah payah dan lemah. Belum lagi rasa sakit yang dideritanya.
Dua tahun lamanya dia menyusui anaknya lalu setelah itu disapihnya. Maka di
akhir ayat ini Allah memerintahkan agar kita bersyukur kepada Allah, karena Dia
telah menggerakkan hati si ibu agar rahmat atau kasihan pada anaknya. Dan yang
kedua adalah bersyukur atau berterima kasih kepada kedua orang tua yang telah
mengasuh anaknya.

Nah, kita sudah tahu bahwa cara untuk
bersyukur kepada orang tua adalah berbakti kepadanya. Berusaha untuk membuat
keduanya selalu tersenyum dan bahagia. Suatu ketika datang seorang sahabat
kepada Rasulullah SAW untuk meminta izin ikut jihad di jalan Allah.

Rasulullah SAW bertanya: “Bagaimana
keadaan orang tuamu ketika kamu keluar untuk berjihad?”, dia menjawab: “Ibu
saya menangis wahai Rasulullah”.

Mendengar jawaban ini beliau SAW
memerintahkan anak tersebut untuk kembali kerumahnya sembari bersabda:
“Kembalilah kepada ibumu, berjihadlah dengan cara berbakti kepadanya, buat dia
tertawa atau tersenyum sebagaimana kamu telah membuatnya menangis !”.

Dalam riwayat Abu Dawud dari Abu Sa’id
Al Khudri disebutkan, ada seorang pemuda dari Yaman datang kepada Rasulullah
untuk ikut berjihad. Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kamu punya keluarga di
Yaman?”, dia menjawab, “kedua orang tuaku”, beliau saw bersabda: “Apakah mereka
berdua telah mengizinkan engkau?”, dia menjawab, “Tidak”, sabda beliau
selanjutnya, “Pulanglah kepada mereka berdua, mintalah izin, jika mereka
mengizinkan berangkatlah berjihad, jika tidak maka cukuplah kamu berbakti
kepada keduanya”.

Inilah tarbiyah atau pendidikan yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW, setiap anak harus dapat menyenangkan kedua
orangtuanya. Karena dengan berbakti kepada keduanya, maka ridho Allah akan
datang kepadanya, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW (yang artinya):

“Ridho Allah terletak pada keridhoan kedua
orang tua dan murka Allah terletak pada kemurkaan kedua orang tua” (HR. At
Tirmidzi)

Ketika kita berbakti kepada orang tua
maka pada saat yang sama Allah memandang kita dengan pandangan Rahmat dan
keridhoan-Nya. Artinya bahwa jika Allah telah ridho kepada kita maka surga
menjadi tempat kembali kita. Bukankah pernah diterangkan bahwa “Surga berada di
bawah telapak kaki ibu”.

Suatu ketika datang seorang anak
kepada Rasulullah bertanya tentang apa yang harus dia lakukan untuk orang
tuanya. Beliau SAW menjawab dengan jawaban yang singkat, sabdanya: “Orang tuamu
adalah surgamu atau nerakamu”.

Maksudnya adalah, jika kamu berbakti
dan berbuat baik kepadanya, maka dengan sebab itu kamu masuk ke dalam surga,
tapi sebaliknya jika kamu mendurhakai keduanya atau menyusahkannya maka
lantaran perbuatanmu itu kamu akan masuk neraka.

Abdullah bin Mas’ud RA bertanya kepada
Rasulullah SAW: “Amal apakah yang paling Allah cintai?”, beliau saw menjawab:
“Sholat pada awal waktunya”, Abdullah bertanya, “Kemudian apa lagi?”, beliau
saw menjawab, “Birrul Waalidain (berbakti kepada kedua orang tua)”, dia
bertanya lagi, “kemudian apa?”, beliau saw menjawab: “Jihad di jalan Allah”.
(HR. Bukhori dan Muslim)

Jelaslah buat kita betapa penting
berbakti kepada orang tua. Bahkan Allah SWT memberikan kesempatan atau jalan
kepada anak yang ditinggal mati oleh orang tuanya, untuk dapat berbakti kepada
keduanya sekalipun mereka sudah menjadi ahli kubur. Bagaimana caranya?.

Diriwayatkan bahwa seorang sahabat
dari Bani Salamah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apakah ada
kesempatan untuk aku berbakti kepada ayah bundaku, setelah mereka meninggal
dunia?”, Beliau saw menjawab, “Ya, kamu mendoakan keduanya, memintakan ampun
untuk keduanya, menjalankan janji keduanya, menyambung tali kekeluargaan yang
tidak terhubung kecuali dengan keduanya dan memuliakan (menghormati) kawan
keduanya” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Malik bin Rabi’ah As
Saa’idi).

Banyak hadits yang menjelaskan
fadhilah (keutamaan) Birrul Waalidain. Diantaranya adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW
bersabda (yang artinya):

“Barang siapa ingin dipanjangkan
umurnya (diberi keberkahan) dan diluaskan rezekinya, maka muliakan kedua orang
tuanya (berbakti kepadanya) dan sambunglah kekerabatan (silaturrahmi)”.

Dalam riwayat yang lain disebutkan,
Rasulullah SAW bersabda  (yang artinya):

“Berbaktilah pada orang tua kalian,
niscaya kelak anak-anak kalian akan berbakti kepada kalian, bersikaplah ‘iffah
(menjaga kehormatan diri), maka isteri-isteri kalian pun akan bersikap ‘Iffah”
(HR. Ath Thabarani dari Abdullah bin Umar RA).

Banyak sekali tauladan untuk kita,
bagaimana berbaktinya para pendahulu (salafush Sholeh) kepada orang tuanya
sehingga mereka diangkat kedudukannya oleh Allah SWT. Diriwayatkan bahwa Imam
Ali Zainal Abidin adalah anak yang sangat berbakti kepada ibunya, tetapi beliau
tidak pernah terlihat makan bersama ibunya itu. Ketika ditanya alasannya,
beliau menjawab:

“Aku khawatir tanganku kedahuluan
untuk mengambil makanan yang terhidangkan, sedangkan mata ibuku lebih dahulu
memandang makanan itu (dan berhasrat untuk memakannya), maka jika itu terjadi,
aku telah durhaka kepadanya”.

Kamis, 25 Oktober 2012

Pamflet Wisuda Teknik Metalurgi Untirta tahun 2012

Ini adalah design Pamflet wisuda Teknik Metalurgi Untirta tahun 2012. hasil karya gue yang bisa memukau jutaan pasang mata yang melihatnya. dan Alhamdulillah, apresiasi dari mereka semua pun sangat luar biasa buat gue.

Syair Abu Nawas


Ilahi lastu lilfirdausi ahla,
Walaa aqwa ‘ala naaril jahiimi
Fahabli taubataan wagfir dzunubi,
Fainaka ghafirudz dzanbil azhimi…
Dzunubi mitslu a’daadir rimali,
Fahabli taubata ya dzal jalaali,
Wa ‘umri naqishu fi kulli yaumi,
Wa dzanbi zaaidun kaifa –htimali..

Ilahi ‘abdukal ‘aashi ataak,
Muqirran bi dzunubi wa qa da’aaka
Fain taghfir fa anta lidzaka ahlun,
Wain tadrud faman narju siwaaka..
Artinya
 Wahai tuhanku…aku sebenarnya tak layak masuk syurgamu
Tapi..aku juga tak sanggup menahan amuk nerakamu,
Karena itu mohon terimalah taubatku ampunkan dosaku,
Sesungguhnya engkaulah maha pengampun dosa-dosa besar.

Dosa – dosaku bagaikan bilangan butir pasir
Maka berilah ampunan oh..tuhan ku yang maha agung.
Setiap hari umurku terus berkurang
Sedangkan dosaku terus menggunung
Bagaimana aku menanggungkanya

Wahai tuhan, hambamu yang pendosa ini
Dating bersimpuh ke hadapanmu,
Mengakui segala dosaku
Mengadu dan memohon kepadamu,

Kalau engkau ampuni itu karena
Engkau sajalah yang bisa mengampuni
Tapi kalau engkau tolak, kepada siapa lagi kami memohon
Ampun selain kepada engkau

Arsitektur Art Deco



Jika Prof. Ir. Charles Proper Wolff Schoemaker dan Albert Frederik Aalbers tidak menginjakkan kakinya di Indonesia, mungkin kita tidak akan mengenal arsitektur Art Deco. Art Deco merupakan salah satu langgam yang sangat luas penerapannya, berbagai macam contoh dapat kita jumpai, dalam arsitektur, pakaian, poster dan peralatan rumah tangga serta masih banyak lagi contoh lain. Mekipun tersedia beragam benda yang memakai langgam Art Deco, namun tidaklah mudah mendefiniskan bagaimana langgam Art Deco tersebut.
Karena banyaknya negara yang menerapkan langgam ini membuat Art Deco berkembang dengan pesat, hal ini tidak memudahkan pendefinisian langgam yang bangkit populer kembali pada tahun 60-an. Setiap negara yang menerima langgam Art Deco mengembangkannya sendiri, memberikan sentuhan lokal sehingga Art Deco di suatu tempat akan berbeda dengan Art Deco di tempat lain. Tetapi secara umum mereka mempunyai semangat yang sama yaitu menggunakan ornamen-ornamen tradisional atau historikal, sehingga langgam Art Deco merupakan langgam yang punya muatan lokal.
Meskipun pada awalnya Art Deco merupakan gaya yang mengutamakan hiasan-hiasan tradisional setempat, tetapi ia terbuka terhadap sesuatu yang baru, keterbukaan ini tercermin dalam pemakaian material yang baru dan dengan teknik yang baru, tak jarang pula mereka melakukan penggabungan material, sehingga hasil karya mereka hampir selalu inovatif dan eksperimentatif.
Perkembangan Art Deco tidak lepas dari pengaruh situasi dan kondisi jamannya, pada saat itu di Eropa sedang berlangsung revolusi industri, masyarakat terpesona oleh adanya penemuan-penemuan dan teknologi yang maju dengan pesat. Karakter-karakter teknologi yang menggambarkan kecepatan diejawantahkan ke dalam desain dalam bentuk garis-garis lengkung dan zig-zag.


Arsitektur Art Deco

Arsitektur Art Deco selain menerima ornamen-ornamen historis, langgam ini juga menerima pengaruh aliran arsitektur yang sedang berkembang saat itu. Gerakan arsitektur modern yang sedang berkembang pada saat itu bauhaus, De Stijl, Dutch Expressionism, International Style, Rationalism, Scandinavian Romanticism dan Neoclassicism, Arts and Crafts Movement, Art Nouveau, Jugendstil dan Viennese Secession. Mereka ikut mempengaruhi bentukan-bentukan arsitektur Art Deco serta memberikan sentuhan-sentuhan modern. Modern pada saat itu diartikan dengan “berani tampil beda dan baru, tampil lebih menarik dari yang lain dan tidak kuno” kesemuanya itu dimanifestasikan dengan pemilihan warna yang mencolok, proporsi yang tidak biasa, material yang baru dan dekorasi.
Menentukan Gaya Suatu Bangunan

Menentukan gaya sebuah bangunan tidaklah mudah, kita tidak bisa hanya berpedoman pada tahun berdirinya bangunan, lantas kita akan tahu gaya bangunan tersebut. Art Deco mengalami kejayaan pada tahun 1920-1930 tapi bukanlah jaminan apabila bangunan yang dirancang pada tahun 1920-1930 lantas bisa dinamai arsitektur Art Deco, bangunan yang berbentuk kubus menggunakan struktur beton dan tanpa dekorasi sering diklasifikasikan sebagai arsitektur Art Deco karena bentuknya yang geometris, tetapi karena tidak ada dekorasi sama sekali, maka bangunan itu lebih layak untuk tidak digolongkan sebagai arsitektur Art Deco, setidaknya dalam pandangan para purist.
Seni Art Deco termasuk dalam seni terapan, pada arsitektur langgam ini tidak menyuguhkan sesuatu sistem atau solusi yang baru, langgam Art Deco berbicara tentang permukaan dan bentuk. Arsitektur Art Deco merupakan arsitektur ornamen, geometri, energi, retrospeksi, optimisme, warna, tekstur, cahaya dan simbolisme.
Asal Mula Kata Art Deco

Kata Art Deco termasuk terminologi yang baru pada saat itu, diperkenalkan pertama kali pada tahun 1966 dalam sebuah katalog yang diterbitkan oleh Musée des Arts Decoratifs di Paris yang pada saat itu sedang mengadakan pameran dengan tema “Les Années 25”. Pameran itu bertujuan meninjau kembali pameran internasional “l’Expositioan Internationale des Arts Décoratifs et Industriels Modernes” yang diselenggarakan pada tahun 1925 di Paris. Sejak saat itu nama Art Deco dipakai untuk menamai seni yang saat itu sedang populer dan modern. Munculnya terminologi itu pada beberapa artikel semakin membuat nama Art Deco eksis. Art Deco semakin mendapat tempat dalam dunia seni dengan dipublikasikannya buku “Art Deco” karangan Bevis Hillier di Amerika pada tahun 1969.
Art Deco di Indonesia

Pengaruh Art Deco di Indonesia dibawa oleh arsitek-arsitek Belanda, salah satu diantara mereka adalah C.P. Wolff Schoemaker dan A.F. Aalbers. Hotel Preanger Bandung rancangan Schoemaker merupakan arsitektur berlanggam Art Deco dengan ciri khasnya elemen dekoratif geometris pada dinding eksteriornya. Selanjutnya perkembangan arsitektur Art Deco di Indonesia tampil lebih sederhana, mereka lebih mengutamakan pola garis-garis lengkung dan bentuk silinder, contoh konkret dari konsep ini adalah Vila Isola Bandung (sekarang gedung IKIP), juga rancangan Schoemaker. Kesederhanaan bentuk belumlah mewakili semua konsep arsitektur Art Deco ini karena kedinamisan ruang interior dapat dilihat dalam lay out bangunannya.
Arsitektur memang menggambarkan kehidupan jaman itu. Pengaruh aliran De Stijl dari Belanda yang menyuguhkan konsep arsitektural “kembali ke bentuk yang sederhana” dan pengkomposisian bentuk-bentuk sederhana menghasilkan pencahayaan dan bayangan yang menarik Aliran ini pula yang banyak mempengaruhi penganut arsitektur Art Deco di Indonesia
Perkembangan Art Deco akhir di Indonesia mengacu pada kedinamisan dan bentuk plastis yang kelenturan fasadenya merupakan pengejawantahan dari kemoderenan teknologi arsitektural. Contoh fasade yang dinamis salah satunya adalah fasade hotel Savoy Homann Bandung yang dirancang oleh A.F. Aalbers.
Lengkungan yang ditampilkan itu merupakan ekspresi gerak, teknologi modern dan rasa optimisme. Orang-orang sering menjuluki lengkungan itu dengan “Ocean Liner Style” hal ini mengacu pada bentuk kapal pesiar yang pada saat itu merupakan karya manusia yang patut dibanggakan, jadi bentukan kapal, bentuk lengkung dijadikan sebagai ekspresi kemoderenan.
Di Indonesia tentunya banyak bangunan berlanggam Art Deco yang masih harus dicari dan diteliti. Arsitektur ini merupakan salah kekayaan Arsitektur Indonesia. 


Selasa, 16 Oktober 2012

KESETIMBANGAN : HASIL KALI KELARUTAN



ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan untuk membuat suatu larutan jenuh, menentukan kelarutan, dan menentukan hasil kali kelarutan garam CaCO3. Prosedur kerja yang digunakan pertama-tama adalah mencampurkan CaCO3 jenuh dengan HCl, kemudian pada larutan tersebut ditambahkan NaOH dan indikator metil merah, kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan baku HCl hingga terjadi perubahan warna dari merah muda ke tak berwarna. Setelah didapatkan volume HCl yang digunakan, barulah nilai Ksp-nya dapat dihitung.
Hasil kali kelarutan atau Ksp merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion yang terlarut dalam larutan tersebut dimana pada suhu tertentu terjadi kesetimbangan antara konsentrasi ion-ion tersebut dengan padatannya.
Setelah dilakukan perhitungan, ternyata harga Ksp yang didapatkan berbeda dengan nilai teoritisnya. Pada perhitungan didapatkan harga Ksp CaCO3 sebesar 3,76 x 10-9 M2 sedangkan secara teoritis adalah 4,8 x 10-9 M2. Perbedaan yang besar ini dikarenakan ion yang berperan serta dalam kesetimbangan kelarutan secara bersamaan juga terlibat dalam kesetimbangan asam basa atau ion kompleks. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah bahan-bahan yang dipergunakan sudah lebih dahulu teroksidasi, selain itu kurang sterilnya alat-alat yang digunakan sehingga akan  mempengaruhi konsentrasi larutan tersebut, dan kurang tepatnya praktikan pada saat mengukur volume larutan yang akan direaksikan.

Kata kunci : Larutan, ksp, kesetimbangan, kelarutan, larutan jenuh.

4.1.    Pendahuluan
4.1.1    Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah membuat larutan jenuh suatu garam CaCO3, menentukan kelarutan garam CaCO3,serta menentukan hasil kali kelarutan garam CaCO3.

4.1.2    Latar Belakang
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan dimana suatu reaksi bolak balik berlangsung terus-menerus tetapi tadak ada perubahan yang dapt diamati. Susunan kesetimbangan tidak berubah terhadap waktu karena kecepatan terbentuk dan menghilangnya masing-masing komponennya sama besar.
Jika kita menambahkan sedikit demi sedikit kristal natrium klorida kedalam sejumlah tertentu air. Mula-mula kristal itu larut tapi pada suatu saat larutan akan jenuh, krital natrium klorida tiak dapat larut lebih banyak lagi. Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat yang dsapat larut di dalam pelarut atau larutan, kelarutan bergantung pada jenis zat terlarut, ada yang mudah larut tetapi banyak juga yang sedikit larut.
Dalam larutan jenuh yang mengandung Kristal zat padat tak larut terdapat kesetimbangan antara zat padat dan larutannya. Khusus untuk elektrolit (garam atau basa), kesetimbangan terjadi antara zat padat an ion-ionnya.
Pada percobaan ini dilakukan serangkaian kegiatan mengenai kesetimbangan nya percobaan ini, mahasiswa akan mampu membuat larutan jenuh suatu garam CaCO3 serta menenentukan kelarutan dan hasil kali kelarutan dari larutan garam tersebut.




4.2    Dasar Teori
Reaksi kimia adalah perubahan spontan pereaksi menjadi hasil reaksi menuju kesetimbangan. Suatu kesetimbangan kimia mempunyai konstanta kesetimbangan yang nilainya bergantung pada suhu dan jenis kesetimbangan. Keadaan setimbang sistem dengan lingkungan yang ditandai kesamaan gaya, suhu, atau potensial listrik disebut dengan kesetimbangan statis karena tidak terjadi perpindahan materi antara sistem ke lingkungan. Sedangkan kesetimbangan yang terjadi dalam sistem itu sendiri dan bukan sistem dengan lingkungan disebut kesetimbangan dinamis, karena di dalam sistem terus berlangsung perubahan. (Syukri, 1999)
    Kesetimbangan kimia merupakan proses dinamik. Bila laju reaksi maju dan reaksi balik sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah seiring berjalannya waktu, maka tercapailah kesetimbangan kimia (chemical equilibrium). Kesetimbangan kimia melibatkan zat-zat yang berbeda untuk reaktan dan produknya. Kesetimbangan antara dua fasa dari zat yang sama dinamakan kesetimbangan fisis (physical equilibrium) karena perubahan yang terjadi hanyalah proses fisis.
    Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua, yaitu:
1.    Kesetimbangan Homogen (homogeneus equilibrium), berlaku untuk reaksi yang semua spesi bereaksinya berada pada fasa yang sama. Contoh dari kesetimbangan fasa gas homogen adalah penguraian N2O4.
2.    Kesetimbangan Heterogen (heterogeneus equilibrium), reaksi reversibel yang melibatkan reaktan dan produk yang fasanya berbeda. Sebagai contoh, ketika kalsium karbonat dipanaskan dalam wadah tertutup, kesetimbangan berikut akan tercapai:
CaCO3 (s)  CaO (s) + CO2 (g)
(Raymond Chang, 2001).   
Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik dalam gram atau dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut tertentu. Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan dalam banyak aplikasi, larutan dalam air adalah yang paling penting dan bagus disini. Garam menunjukkan interval kelarutan yang besar dalam air. (Oxtoby, 2001)
    Kelarutan dapat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Suatu larutan lewat jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan itu dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan, karena umumnya proses pelarutan bersifat endotermik. Akan tetapi ada zat yang bersifat eksotermik dalam melarut. Sedangkan pengaruh tekanan udara, tekanan udara di atas cairan berpengaruh kecil sekali terhadap kelarutan zat padat dan cair dalam pelarut cair. Akan tetapi kelarutan suatu gas bertambah dalam larutan bila tekanan parsial gas tersebut di permukaan bertambah besar. (Syukri, 1999)
    Larutan jenuh suatu garam, yang juga mengandung garam tersebut yang tak larut, dengan berlebihan, merupakan suatu sistem kesetimbangan terhadap mana hukum kegiatan massa dapat diberlakukan. Misalnya, jika endapan perak klorida ada dalam kesetimbangan dengan larutan jenuhnya, maka kesetimbangan yang berikut terjadi :
    AgCl  Ag + + Cl -
Ini merupakan kesetimbangan heterogen, karena AgCl ada dalam fase padat, sedang ion Ag + dan Cl – ada dalam fase terlarut. Tetapan kesetimbangan dapat ditulis sebagai
   
Konsentrasi perak klorida dalam fase padat tak berubah, dan karenanya dapat dimasukkan ke dalam suatu tetapan baru, Ksp, yang dinamakan hasil kali kelarutan :
    Ksp = [Ag+] [Cl-]
Jadi, dalam larutan jenuh perak klorida, pada suhu konstan (dan tekanan konstan), hasil kali konsentrasi ion perak dan ion klorida, adalah konstan.
    Apa yang telah dikatakan untuk perak klorida, dapat diperluas secara umum. Untuk larutan jenuh suatu elektrolit AvABvB, yang ter-ion menjadi ion-ion vAAm+ dan vBBn- :
    AvABvB  vAAm+ + vBBn-
Hasil kali kelarutan (Ksp) dapat dinyatakan sebagai :
    Ksp = [Am+]vA x [Bn-]vB
Jadi dapat dinyatakan, bahwa dalam larutan jenuh suatu elektrolit yang sangat sedikit larut, hasil kali konsentrasi dari ion-ion pembentuknya untuk setiap suhu tertentu adalah konstan, dengan konsentrasi ion pangkat dengan bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing ion bersangkutan yang dihasilkan oleh disosiasi dari satu molekul elektrolit. Prinsip ini mula-mula dinyatakan oleh W.Nerst pada tahun 1889. (Svehla, 1999)
    Hasil kali kelarutan dihitung hanya untuk garam-garam yang sedikit dapat larut, karena hubungan Ksp berlaku tepat hanya untuk larutan encer. Kebanyakan garam ini dapat disebut tak-dapat-larut. Jika substitusi konsentrasi-konsentrasi ion yang diketahui ke dalam rumus hasil kali kelarutan menghasilkan harga perhitungan yang kurang dari Ksp untuk garam tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa tak terbentuk endapan. Jelas dari hubungan hasil kali kelarutan bahwa suatu ion tak dapat sepenuhnya dibuang dari larutan dengan membentuk endapan tak-dapat-larut dengan suatu ion lain. Tetapi, penambahan satu ion dengan sangat berlebihan dapat mengurangi konsentrasi ion lain sampai ke titik yang dapat diabaikan. (Keenan,1992)
    Apabila larutan jenuh dibuat pada suhu tertentu kemudian suhu diturunkan maka akibatnya adalah pengendapan kelebihan zat terlarut dalam larutan. Tetapi dalam beberapa kejadian semua zat terlarut tetap dalam keadaan larut. Karena kuantitas zat terlarut dalam hal ini lebih besar daripada larutan jenuh normal pada suhu tertentu, larutan demikian dinamakan larytan lewat jenuh (supersaturated). (Petrucci, 1999)
Pertanyaan  mendasar yang dapat diajukan mengenai reaksi pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan tertentu.  Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka kesimpulan yang lebih umum mengenai pengendapan dasar larutan adalah :
Pengendapan terjadi jika Q > Ksp
Pengendapan tak terjadi jika Q < Ksp
Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp
(Petrucci, 1999)
Kelarutan dan hasil kali kelarutan memiliki perbedaan, yaitu kelarutan menunjukkan posisi kesetimbangan suatu zat dalam larutan, pada suhu tertentu nilainya bervariasi bergantung dari jumlah pelarut, dan ada tidaknya ion sejenis di dalam larutan, sedangkan hasil kali kelarutan merupakan suatu konstanta keseimbangan, nilainya tetap pada suhu tertentu atau dapat dikatakan memiliki satu nilai pada satu temperatur, dan tidak dipengaruhi oleh jumlah pelarut dan jumlah ion senama yang terdapat dalam larutan. (Anonim, 2008)
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kelarutan padatan kristalin, yaitu:
1.    Suhu, kebanyakan garam anorganik akan bertambah kelarutannya apabila suhu dinaikkan.
2.    Pelarut, kebanyakan garam anorganik lebih larut dalam air daripada dalam pelarut organik. Air mempunyai momen dwikutub besar dan tertarik ke kedua kation dan anion untuk membentuk ion terhidrat.
3.    Pengaruh ion sama, sebuah endapan biasanya lebih larut dalam air murni daripada dalam sebuah larutan yang mengandung salah satu ion dalam endapan.
4.    Pengaruh Ion-Aneka Ragam, banyak endapan menunjukkan peningkatan kelarutan apabila garam yang tidak mengandung ion yang sama dengan endapan yang ada dalam larutan.
5.    Pengaruh pH, kelarutan garam dari asam lemah bergantung pada pH larutan. Ion hidrogen bereaksi dengan anion garam untuk membentuk asam lemah, dengan demikian meningkatkan kelarutan garam.
6.    Pengaruh hidrolisa, kelarutan demikian rendah hingga pH air tidak berubah secara nyata oleh hidrolisa dan kelarutan cukup besar hingga sumbangan ion hidroksida dari air dapat diabaikan.
7.    Pengaruh kompleks, kelarutan suatu garam yang sedikit larut tergantung pada konsentrasi dari zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation garam. Banyak endapan membentuk kompleks yang larut dengan ion dari pereaksi pengendapan sendiri. Kelarutan mula-mula turun, karena efek ion sama, melewati minimum dan kemudian naik karena pembentukan kompleks menjadi nyata.
(Day and Underwood, 2002)


4.3        Metodologi

4.3.1      



 Alat

            Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer 100 ml, gelas piala 100 ml, pipet tetes, propiet, pipet volume 25 ml, pipet volume 10 ml, dan pipet volume 5 ml, serta buret dan coreng.












Gambar 4.1



4.3.2        Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan jenuh CaCO3, larutan baku HCl 0,001 M, larutan baku NaOH 0,001 M, Indikator metil merah.



4.3.3    Prosedur Kerja

1.                  Mengambil CaCO3 sebanyak 25 ml menggunakan pipet dan menuangkannya ke erlenmeyer 100 ml serta menambahkan HCL 0,001 M.

2.                  Menambahkan 10 ml NaOH 0,001 M dan menambahkan indikator metil merah sebanyak 3 tetes.

3.                  Mengambil larutan baku HCL dan menuangkannya ke dalam buret.

4.                  Menitrasi larutan (langkah kerja 1-2) dengan HCL dan menghentikannya apabila telah terjadi perubahan warna kuning menjadi jingga.

5.                  Mengulangi langkah di atas dua kali lagi.

6.                  Menghitung volume rata-rata HCL 0,001 M.

7.                  Membandingkan volume rata-rata dengan nilai ksp yang dihitung secara teoritis.



4.4.2     Pembahasan
    Dalam percobaan ini dibuat suatu larutan jenuh Kalsium Karbonat (CaCO3). Kelarutan zat terlarut dapat diketahui dari konsentrasi dalam larutan jenuhnya, biasanya dinyatakan dalam mol zat terlarut per liter larutan jenuh. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan zat terlarut yang dapat larut dan tidak dapat larut dinamakan larutan jenuh.
    Seperti yang telah diketahui bahwa CaCO3 merupakan larutan jenuh yang akan tepat mengendap apabila ditambahkan lagi padatan CaCO3, padatan tersebut tidak akan larut dan membentuk endapan kembali. Pada percobaan ini dapat diketahui pada saat larutan jenuh CaCO3 tepat membentuk endapan. Dengan menghitung kelarutan pada larutan jenuh CaCO3 kita dapat menentukan ion-ion yang terdapat dalam larutan tersebut yaitu Ca2+ dan  CO32-, sehingga dapat ditentukan hasil kali kelarutannya dengan mengalikan konsentrasi ion-ion dan memangkatkan konsentrasinya dengan koefisien masing-masing ion.
Awal dari percobaan ini yaitu pencampuran larutan jenuh CaCO3 dengan larutan baku HCl 0,001 M, reaksi yang terjadi adalah :
CaCO3 + 2HCl  CaCl2 + H20 + CO3
Pada reaksi tersebut larutan berwarna bening dan tersisa HCL karena tidak diketahui banyaknya Ca2+ dalam larutan CaCO3. Selanjutnya setelah ditambahkannya NaOH 0,001 M ke dalam larutan tersebut maka NaOH tersebut akan bereaksi dengan HCl yang berlebih. Reaksi ini menghasilkan NaCl dan H2O. Reaksi yang terjadi adalah :
HCl + NaOH  NaCl + H20
Ketika pada larutan tersebut ditambahkan metil merah maka akan dihasilkan larutan berwarna kuning. Oleh karena metil merah memiliki trayek perubahan warna dari kuning ke jingga dengan jangkauan pH 4,2-6,3 maka dapat diketahui bahwa larutan tersebut bersifat asam, ini menandakan dalam larutan tersebut masih terdapat HCl sisa.
Proses selanjutnya yaitu, larutan tersebut dititrasi sebanyak tiga kali dengan larutan baku HCl 0,001 M yang terdapat di dalam buret. Reaksinya :
NaOH + HCl  NaCl + H20
Titrasi ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya volume HCl yang digunakan untuk bereaksi dengan NaOH. Sehingga dapat diketahui sisa NaOH yang ada dalam larutan setelah bereaksi dengan HCl pada reaksi sebelumnya.
Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna menjadi jingga. Dan didapatkan volume HCl yang digunakan pada titrasi pertama adalah sebesar 3,2 mL, pada titrasi kedua sebesar 1,1 mL, dan titrasi ketiga sebesar 1,5 ml. Kemudian dapat dirata-ratakan volumenya sebesar 1,93 mL.
Dari data tersebut dapat dihitung nilai dari kelarutan CaCO3 yaitu sebesar 6,14x 10-5 M. Maka hasil kali dari ion-ionnya adalah 3,76 x 10-9 M2 yang merupakan harga Ksp CaCO3. Sedangkan secara teoritis harga Ksp CaCO3 adalah sebesar 4,8 x 10-9 M2.
Hasil Ksp dari percobaan dengan nilai Ksp teoritis terdapat perbedaan. Perbedaan ini dimungkinkan karena kesalahan dari praktikan misalnya dalam pengambilan larutan dengan menggunakan pipet gondok, mungkin saja larutan yang diambil tidak tepat besarnya, sehingga mempengaruhi hasil titrasi yang kemudian akan berpengaruh pada hasil perhitungan kelarutan CaCO3. jika kekurangan atau kelebihan dalam memipet larutan uji, maka larutan HCl yang digunakan untuk memperoleh keadaan seimbang pada titik akhir titrasi akan berbeda-beda besarnya sesuai dengan banyaknya zat yang akan direaksi.
Selain itu suhu juga berpengaruh, suhu yang tidak sesuai dengan suhu ruangan 25 °C, sulit untuk tetap pada suhu kamar. Kebersihan alat-alat juga sangat berpengaruh, kemungkinan alat yang digunakan kurang bersih dan terkontaminasi dengan zat lain yang memungkinkan data yang diperoleh kurang akurat.
Nilai Ksp dari percobaan yang merupakan hasil kali ion-ion Ca2+ dan CO32- yang ada dalam larutan lebih kecil dari nilai Ksp teoritis. Maka larutan ini termasuk larutan belum jenuh. Jadi kesalahan juga mungkin disebabkan karena larutan CaCO3 yang digunakan bukan larutan yang benar-benar jenuh.
Kemungkinan selanjutnya adalah larutan baku yang digunakan, NaOH dan HCl, memiliki konsentrasi yang tidak tepat 0,001 M atau larutan tersebut telah terkontaminasi dengan zat-zat lain.
Dalam setiap praktikum tidak selalu mendapatkan hasil yang memuaskan, tepat dan sempurna. Karena setiap proses metode ilmiah tidak bisa jika dilakukan hanya dalam satu kali percobaan saja, tetapi diperlukan pengulangan, waktu lama dan ketelitian praktikan.

4.5.    Penutup
4.5.1    Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah:
1.    Larutan jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut yang dapat larut dan padatan yang tidak dapat larut.
2.    Kelarutan adalah banyaknya zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut tertentu sehingga menghasilkan suatu larutan tepat jenuh.
3.    Kelarutan garam CaCO3 dari percobaan ini adalah sebesar 6,14 x 10-5 M.
4.    Tetapan hasil kali kelarutan adalah tetapan kesetimbangan antara larutan jenuh dengan padatannya pada suhu tertentu yang diperoleh dari hasil kali ion-ion pada kondisi tersebut.
5.    Ksp CaCO3 yang diperoleh dalam percobaan adalah 3,76 x 10-9 M2 sedangkan secara teoritis nilai Ksp CaCO3 sebesar 4,8 x 10-9 M2.
6.    Terjadinya perbedaan yang besar dari Ksp praktikum dengan teori disebabkan adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh praktikan.

4.5.2    Saran
Dalam melakukan praktikum sebaiknya alat-alat yang digunakan harus benar-benar dalam keadaan bersih, konsentrasi dari bahan yang digunakan harus tepat dan proses percobaan lebih baik dilakukan berulang-ulang kali untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009, Kelarutan dan Ksp
http://belajarkimia.com/category/kelarutan-dan-Ksp/
Diakses tanggal 30 November 2008

Chang, Raymond, 2005, Kimia Dasar Konsep-Konsep Dasar Inti, edisi ketiga Jilid 2, hlm 66-70, Erlangga, Jakarta.

Day,R.A.Jr and AL. Underwood, 2002, Analisa Kimia Kuantitatif, edisi keempat, hlm 227-237, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Keenan, 1992, Kimia Untuk Universitas, jilid 2, hlm 9, Erlangga, Jakarta.

Oxtoby, 2001, Prinsip-Prinsip Kimia Modern, edisi keempat, jilid I, hlm 345, Penerbit    Erlangga, Jakarta.

Petrucci, Ralph. H, 1999, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, jilid II, hlm 29 dan 337, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Svehla,G, 1990, Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, edisi V, hlm 73-74, Penerbit Kalman Media Pustaka, Jakarta.

Syukri,S, 1999, Kimia Dasar, jilid II, hlm 316 dan 360-361, Penerbit ITB, Bandung.



LAMPIRAN
Dari perolehan data pada percobaan, dapat dilakukan perhitungan Ksp sebagai berikut :   
Diketahui:
V CaCO3     = 25 ml
M HCl        = 0,001 M
V HCl        = 5 ml
M NaOH    = 0,001 M
Volume HCl dalam titrasi:
V1 HCl = 3,2 mL dan  V2 HCl = 1,1 ml V3 HCl = 1,5 ml
Volume rata-rata:
V HCl = 
Ditanya :  harga Ksp CaCO3 =…..?
Jawab :
Reaksi yang terjadi :
1.    CaCO3 + 2 HCl  CaCl2 + H2O + CO2
2.    HCl + NaOH  NaCl +H2O
3.    NaOH + HCl  NaCl + H2O
-    HCl yang bereaksi dengan NaOH sisa     = vol titrasi rata-rata x 
        = 1,93 ml x 
        = 1,93 x 10-6 mol
-    NaOH yang sisa     = 1,93 x 10-6 mol
-    NaOH yang ditambahkan     = 10 ml x 
        = 1 x 10-6 mol
-    NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa     = 1 x 10-5 mol – 0,193 x 10-5 mol
        = 0,807 x 10-5 mol
        = 8,07 x 10-6 mol
-    HCl yang ditambahkan     = 5 ml x 
        = 5 x 10-6 mol
-    HCl yang bereaksi dengan CaCO3     = 5 x 10-6 mol – (8,07 x 10-6) mol
        = -3,07 x 10-6 mol
        =  3,07 x 10-6 mol
-    Jumlah mol CaCO3     = 
        = 1,535 x 10-6 mol
-    Kepekatan CaCO3     = 
        =  
        = 6,14 x 10-3 M
    Jadi kelarutan CaCO3 = 6,14 x 10-5 M
-    Ksp CaCO3        = [Ca2+] [CO32-]
            = (6,14 x 10-5 M) (6,14 x 10-5 M)
            = 37,69 x 10-10 M2
            = 3,76 x 10-9 M2
Teoritis Ksp CaCO3 = 4,8 x 10-9 M2    

TUGAS
1.    Apa yang menyebabkan kesalahan hasil kali kelarutan antara hasil percobaan anda dibandingkan dengan teoritis ?
Jawab :
Kesalahan tersebut antara lain disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
-    Faktor kekurang telitian praktikan dalam melakukan percobaan, misalnya : pengukuran volume bahan-bahan percobaan yang kurang tepat, pengambilan bahan dengan pipet gondok yang kelebihan (kekurangan) karena kurang hati-hati, kesalahan dalam mengamati minikus untuk menentukan volume HCl yang digunakan dalam titrasi, kesalahan dalam melakukan titrasi, serta kebersihan alat-alat yang digunakan tidak terjamin, sehingga dimungkinkan adanya kontaminasi dengan zat lain.
-    Suhu yang tidak sesuai dengan suhu ruangan 25 °C, sulit untuk tetap pada suhu kamar.
2.    Apa yang dimaksud dengan :
a)    Larutan jenuh
b)    Kelarutan
c)    Larutan lewat jenuh
d)    Hasil kali kelarutan
Jawab :
a)    Larutan  jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut yang dapat larut padatan dan tidak dapat larut.  Dengan kata lain larutan jenuh merupakan keadaan dimana ion-ion yang terlarut dalam larutan sudah mencapai titik maksimal, sehingga larutantidak lagi menampung jika terus ditambahkan zat terlarut (zat tersebut akan mengendap).
b)    Kelarutan adalah banyaknya zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut sehingga menghasilkan suatu larutan tepat jenuh.
Jika larutan yang digunakan dalam satuan liter, maka kelarutan dianggap sama dengan kepekatan dan satuannya adalah molar.
c)    Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan dengan keadaan dimana nilai hasil kali ion-ion dalam larutan telah melampaui harga Ksp (hasil kali kelarutan), tetapi belum terjadi pembentukan endapan kembali.
d)    Hasi kali kelarutan (Ksp) adalah nilai dari perkalian ion-ion dalam kelarutan diman pada suhu terentu terjadi kesetimbangan antara ion-ion tersebut dengan padatannya.
3.    Apa sebab kelarutan dan hail kali kelarutan beragam antar senyawa ionik ?
Jawab :
Penyebabnya adalah senyawa-senyawa ionik memiliki kekuatan ikatan ionik yang berbeda-beda, tergantung pada besarnya perbedaan keelektronegatifan antara ion positif dan ion dalam senyawa.  Selain itu penyebabnya terletak pada sifat garam itu sendiri.  Sedangkan hasil kali kelarutan hanya bisa pada zat terlarut dalam pelarut dan pelarutnya adalah air.  Untuk kelarutan, pelarunya bisa menggunakan zat cair apapun.
Semakin banyak ion dalam larutan, maka semakin besar kelarutan dan hasil kali kelarutannya.  Senyawa ionik yang sifat elektrolitnya tinggi, maka jumlah ion dalam larutan akan semakin besar.

4.    Jika kelarutan kalsium sulfat 0,209 gr tiap ml pada suhu 30 0C, berapa kepekatan ion sulfat dan Ksp garam tersebut ?
Jawab :
CaSO4  (s)  Ca 2+ (aq) + SO4 2- (aq)
Mol CaSO4 =   = 1,5368 x 10-3 mol
Keterangan : Mr CaSO4 = 136 gr/mol

Mol CaSO4 ini adalah dalam 1 ml larutan.
Konsentrasi CaSO4 =   1,5368 M
  1,5368 M    kepekatan CaSO4 = [CaSO4]
Ksp CaSO4     = [Ca 2+] [SO4 2-]
    = 1,5368 M x 1,5368 M
    = 2, 3617 M2
Jadi kepekatan CaSO4  adalah 1,5368 M dan Ksp-nya adalah 2,3617 M2
5.    Ada larutan terdiri dari Pb (NO3)2 0,012 M dan Sr (SO3)2 0,2 M.  Ke dalam larutan tersebut ditambahkan larutan Na2SO4¬¬¬¬.  Tentukan :
a)    Garam apa yang mengendap terlebih dahulu ?
b)    Kepekatan ion SO4 2- saat garam tersebut mengendap.
Ksp Pb SO4 = 1,06 x 10-8 M2
Ksp Sr SO4  = 1,5 x 10-7 M2
Jawab :
a)    Pb (NO3)2 + Na2SO4  Pb SO4 + 2 Na NO3
Berdasarkan reaksi di atas dilihat bahwa Pb (NO3)2 sebanding dengan Pb SO4, sehingga konsentrasinya juga sama, yaitu 0,012 M.
Pb SO4  (s)  Pb 2+(aq) + SO 2-(aq)
Dapat dilihat dari reksi kesetimbangan tersebut, [Pb 2+] [SO4 2-] = 0,012 M sehingga, hasil kali ion-ionnya 
Q     = [Pb 2+] [SO4 2-]
    = 0,012 M x 0,012 M
    = 1,44 x 10-4 M2
Nilai Ksp Pb SO4 = 1,06 x 10-8 M2
Dapat diketahui bahwa Q > Ksp, sehingga garam pB SO4 akan mengendap.
Sr (NO3)2 + Na2SO4  Sr SO4 + 2 Na NO3
Berdasarkan persamaan reaksi di atas dapat dilihat bahwa Sr (NO3)2 sebanding dengan Sr SO4, sehingga konsentrasinya sama yaitu  0,2 M.

Hasil kali ion-ionnya :
Q    = [Sr 2+] [SO4 2-]
    = 0,2 M x 0,2 M
    = 0,04 M2
(*) ket : Sr SO4 (s)  Sr 2+ (aq) + SO4 2- (aq)
    sehingga [Sr 2+] = [SO4 2-] = 0,2 M
Nilai Ksp Sr SO4 = 1,5 x 10-7 M2
Dapat diketahui bahwa Q > Ksp, sehingga garam Sr SO4 juga mengendap.
Dari perhitungan di atas, diketahui bahwa garam mengendap, namun karena hasil  kali  ion-ion  Sr SO4  lebih  besar  dari  hasil kali ion-ion Pb SO4, maka Sr SO4 akan terlebih dahulu mengendap. (nilai hasil kali ion-ion Sr SO4 jauh lebih besar dari Ksp-nya)
Jika kita bandingkan Q Sr SO4 : Ksp Sr SO4      = 0,04 : (1,5 – 10-7)
        = 2,67 x 105
Sedangkan Q Pb SO4 : Ksp Pb SO4     = (1,44 x 10-4) : (1,06 x 10-8)
        = 1,36 x 104
Dapat kita lihat dari perbandingan ini Q Sr SO4 terhadap Ksp-nya, perbandingan lebih besar dari Q Pb SO4 terhadap Ksp-nya sehingga Sr SO4 akan terlebih dulu mengendap.
b)    Sr SO4 (s)  Sr 2+ (aq) + SO4 2- (aq)
Karena Sr SO4 sebanding dengan ion sulfat, maka kepekatan ion sulfat saat garam tersebut mengendap adalah 0,2 M.